Oposisi-Tentara Syria Saling Bantai

Oposisi-Tentara Syria Saling Bantai

\"\"DAMASKUS – Pertempuran sengit di Syria belum juga mereda. Bahkan, pasukan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad dan pejuang oposisi terlibat aksi saling bantai atas lawan masing-masing. Tentara Assad mengeksekusi para pejuang oposisi dan warga yang antipemerintah. Namun, oposisi juga dilaporkan menyiksa dan mengeksekusi milisi pro-pemerintah. Kemarin (2/8) tentara loyalis rezim Assad menewaskan sedikitnya 70 orang saat melancarkan dua serangan ke Kota Damaskus untuk memukul oposisi. Aktivis dan para saksi mata menuturkan bahwa militer pemerintah menghujani kawasan Jdeidet Artouz, barat daya Damaskus, dengan tembakan artileri dan senjata berat. Pasukan tempur darat juga dikerahkan. Seorang warga bertutur kepada Reuters bahwa dirinya sempat diperiksa tentara pemerintah. Setelah menunjukkan identitasnya, dia diperbolehkan pergi. Saat itu, dia melihat mayat dari sedikitnya 35 pria. ’’Sebagian besar di antara mereka sengaja dieksekusi. Peluru bersarang pada wajah, kepala, dan leher mereka,’’ tutur pria bernama Fares itu. Kelompok pemantau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) kemarin juga merilis laporan rinci bahwa pasukan pemerintah telah menangkap sekitar 100 orang dan lantas menyiksa mereka. ’’Pada Kamis pagi (2/8)) setelah operasi itu, jenazah 43 orang ditemukan di jalan. Mereka sepertinya sengaja dieksekusi mati,’’ lapor SOHR. Kelompok aktivis lainnya menyebut korban tewas jauh lebih besar. ’’Tentara rezim mendatangi setiap rumah dan memeriksa kartu identitas penghuninya. Lalu, mereka menangkap dan mengeksekusi orang-orang yang mereka curigai,’’ ungkap seorang aktivis oposisi di Damaskus dalam wawancara dengan BBC. Dalam razia itu, stasiun televisi pemerintah menyatakan bahwa lusinan teroris (sebutan untuk oposisi bersenjata) menyerahkan diri atau tewas terbunuh. Sementara itu, kemarin beredar rekaman video melalui internet yang menunjukkan penyiksaan terhadap milisi pro-pemerintah. Dalam rekaman itu, terlihat anggota milisi pro-pemerintah yang ditawan FSA di Aleppo bersimbah darah. Sebuah video lain memperlihatkan aksi pembunuhan oleh oposisi terhadap belasan milisi pro-Assad. Dalam video itu, para tawanan terlihat berdiri berjajar menghadap tembok. Di tubuh mereka, terdapat luka memar dan darah. Tidak lama kemudian, oposisi memuntahkan timah panas dari senapan Kalashnikov ke arah tawanan. Satu per satu tawanan itu terbaring tanpa nyawa di lantai. Bentrok sengit antara oposisi dan tentara loyalis Assad berlangsung di Damaskus dan Aleppo. Setelah berhasil merebut pangkalan militer pemerintah di dekat Aleppo, personel Free Syrian Army atau FSA (tentara pembelot yang pro-oposisi) menguasai pangkalan udara di Menagh yang selama ini menjadi pusat komando tentara loyalis Assad. FSA pun menggunakan tank sitaan dari pangkalan militer Aleppo untuk merebut pangkalan udara Menagh. ’’Tank milik oposisi membombardir pangkalan Menagh pagi ini (kemarin pagi),’’ terang SOHR. Belakangan, oposisi berhasil mempersenjatai diri dengan peralatan canggih dan kendaraan militer. Sayangnya, tidak ada media independen yang bisa masuk Aleppo untuk menceritakan kondisi sebenarnya. Rabu lalu (1/8), FSA bersumpah akan mengambil-alih Aleppo dari pasukan pemerintah dalam hitungan hari. Hingga kemarin pertempuran masih berlangsung. Stasiun televisi pemerintah menyebut bahwa oposisi mengerahkan para pejuang asing yang dijuluki sebagai tentara bayaran. ’’Saat ini oposisi sedang menguasai keadaan,’’ lapor Jim Muir, koresponden BBC. FSA agaknya akan berhasil mewujudkan tekad untuk memerdekakan Aleppo dari tangan pemerintah. Oposisi pun telah membuka koridor langsung di perbatasan Turki dan Syria yang konon menjadi pintu masuknya pejuang asing. ’’Wilayah utara Aleppo sudah jatuh ke kubu oposisi. Ini akan menjadi beban tersendiri bagi Damaskus,’’ terang Muir. Terpisah, Dewan Nasional Syria (SNC) yang saat ini memayungi berbagai kelompok oposisi Syria menyesalkan aksi pembunuhan dan eksekusi oleh personel FSA. Human Rights Watch (HRW) juga menyebut aksi itu sebagai salah satu indikasi kejahatan perang. (BBC/AFP/AP/RTR/hep/dwi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: